Praeses Bernard Manik : “Penginjilan di Gereja Perkotaan Harus Mampu Bertumbuh”
Praeses HKBP Distrik VIII DKI Jakarta Pdt. Bernard Manik Menjadi Narasumber Pada Seminar Dan Lokakarya Penginjilan Kontekstual yang bertempat di HKBP Jl. LetJend Soeprapto sebagai program Bidang Marturia HKBP Distrik VIII DKI Jakarta.
Praeses Bernard Manik mengatakan bahwa Kekristenan di Indonesia berada dalam lingkungan yang diwarnai dengan pluralitas agama, penderitaan, kemiskinan, kerusakan ekologis, ketidakadilan sosial dan ketidakadilan gender.
“Penginjilan oleh gereja berbasis perkotaan semestinya harus mampu bertumbuh serta memusatkan fokus orientasinya terhadap penginjilan yang relevan dan kontekstual,” ucap Praeses Bernard Manik.
Praeses menyerukan mengenai strategi penginjilan yang kontekstual antara lain pelayanan ke bawah (downward ministry), pelayanan ke atas (upward ministry), pelayanan ke dalam (inward ministry), dan pelayanan ke luar (outward ministry), belajar memahami kontekstual orang yang akan dijangkau, membangun jembatan komunikasi dan melakukan bentuk kasih.
HKBP sebagai buah dari penginjilan yang kontekstual ditandai dengan datangnya para misionaris untuk menyampaikan Injil KeselamatanNya, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba, menerbitkan cerita-cerita Batak, memperbaiki pertanian, peternakan, meminjamkan modal, menebus hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta membuka sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan.
Praeses Bernard Manik mengatakan bahwa HKBP memiliki karakter penginjilan yang kontekstual yaitu dengan keberanian HKBP melalukan penginjilan sampai kepada masyarakat luar Suku Batak seperti Kepulauan Mentawai, Pulau Rupat, Enggano, Suku Anak Dalam, Daerah Jambi dan Riau dengan banyak transmigran dari Pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya.
“HKBP adalah salah satu gereja yang sekian lama diinjili menjadi gereja yang menginjili”, ucap Praeses
Pada akhir sesi Praeses menegaskan bahwa Penginjilan yang kontekstual adalah tugas dari setiap orang percaya, menyampaikan tentang kabar keselamatan yakni Yesus Kristus sudah seharusnya menjadi suatu cara hidup.