Profesionalisme Mencerahkan Peradaban Bangsa (Bagian 1)

 Profesionalisme Mencerahkan Peradaban Bangsa (Bagian 1)

Penulis: Drs. Tumpal Siagian. Warga HKBP Duren Sawit

Keberhasilan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November sangatlah mengagumkan, mengesankan,saintis dan profesional. Setting acaranya padat. Being professional-bertindak profesional sesuai nilai dasar bangsa Indonesia yang selalu mengutamakan sikap gotong royong. Semangat itulah yang dibawa Indonesia ke KTT G20 Bali, yaitu kolaborasi semua negara di dunia agar mampu melewati ancaman badai paripurna (perfect strom) yang menghadang di depan. Kita berdiri di depan dunia yang cemas terhadap memburuknya kondisi ekonomi dunia, krisis multidimensi sosio ekonomi dan politik (ancaman resesi ekonomi global, pandemi covid-19, dan perang Rusia-Ukraina) yang terjadi secara berbarengan. Akibatnya, menimbulkan kelesuan perdagangan, pengetatan moneter global, dan perlambatan ekonomi serta melemahnya daya beli masyarakat jika tidak dilakukan langkah antisipasi.

KTT20 Bali sangat membesarkan hati karena memberikan kontribusi untuk mencegah jangan sampai perfect storm jadi malapetaka bagi dunia.   Pada acara penutupan dilakukan gala dinner dimana para tamu dijamu  dengan aneka makanan Nusantara. Tari, nyanyi dan lagu-lagu dari berbagai daerah ditampilkan secara kolosal dengan tema kembali ke alam diramu dalam satu kemasan yang indah. Permainan lampu dan cahayanya apik dan mengagumkan, sungguh terorganisir dan terstruktur. Inilah sumbangsih luar biasa Indonesia untuk dunia, kombinasi misi,profesionalitas, dan kultur. 

Pemimpin-pemimpin negara-negara G20 mengapresiasi keberhasilan Indonesia menyelenggarakan KTT ini, sebab selama ini banyak kritik yang muncul ke G20 sebagai forum yang tidak bisa memecahkan masalah dunia. Ternyata, pada KTT ini  dua  pemimpin negara besar yakni Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, bertemu dalam susana akrab dan damai. Presiden Joko Widodo dalam hal ini telah menunjukkan kemampuan diplomasinya di panggung internasional. Tentunya keberhasilan itu bukan keberuntungan, akan tetapi merupakan buah kerja keras, ketekunan, konsistensi bagian dari profesionalime dan tidak lepas dari perencanaan, koordinasi serta eksekusi penatalayanan menjadi kunci yang menuai banyak pujian.

Secara literal, profesionalisme bisa dikatakan standar perilaku seseorang ketika bekerja dengan melakukan aktivitas yang membutuhkan keterampilan, pendidikan atau pelatihan tertentu. Profesionalisme berasal dari bahasa Anglo Saxon yang mengandung pengertian, memiliki standar kompetensi/ kecakapan, keahlian, dan disiplin serta tersirat didalamnya untuk mematuhi kode etik serta standar etika. Atau dengan bahasa sederhana dapat dikatakan, orang-orang yang disebut profesional adalah mereka-mereka yang benar-benar menguasai sungguh-sungguh profesi yang digelutinya.

Menggagas profesionalisme sebagai poros peradaban bukanlah hal mudah. Kadang dianggap pendekatan yang terlalu idealistik untuk dibumikan. Kadang juga ditolak karena dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Namun, perjalanan sejarah dunia telah membuktikan bahwa nilai-nilai dasar profesionalisme secara universal mencerahkan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Sebagaimana digambarkan Stephen Covey, nilai-nilai dasar profesionalisme sejatinya bagaikan mercusuar yang menerangi dan membangun kemakmuran bersama dalam peradaban bangsa.

Tahun 2023 dimaknai berbagai pihak sebagai babak pertaruhan setiap negara dalam menjalankan Deklarasi KTT G20 Bali dengan menjalankan kerja ekonomi dan politik yang mengikutinya. Negara-negara besar  seperti AS, Uni Eropa, Rusia dan China mengalami ketidakpastian. Muncul sinyal bahwa berbisnis dan berdagang dewasa ini tak mudah, baik di negara-negara liberal kapitalis maupun komunis.

Bahkan, pada krisis keuangan, sudah banyak negara terpaksa menalangi bailout institusi dan korporasi.

Kini banyak negara maju mendekatkan diri ke AS dan China karena disibukkan dengan harga pangan, energi, dan ancaman utang. AS melalui institusi multilateral seperti Bank Dunia, dan IMF. Sementara China mempunyai aset kestabilan internal Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt & Road Iniative) solidifikasi kekuatan Xi Jinping.

Meningkatnya kemiskinan di seantero dunia terutama akibat melemahnya daya beli (purchasing power parity/ PPP) menyebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara layak, seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan turut memperparah situasi. Setiap negara memiliki kewajiban untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 

Pokok soal  lainnya adalah sakit “demam” perdagangan dunia tak kunjung mereda.  Pandemi covid-19 dan Perang Rusia-Ukraina masih menjadi penyebabnya. Perang Rusia- Ukraina mendisrupsi rantai pasok (supply chain) dan menaikkan inflasi. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyebutkan, perdagangan akan melambat akibat gangguan pengiriman barang masih terjadi karena perang. Kali ini tidak hanya karena turunnya supply barang, tetapi juga akibat naiknya biaya produksi dan transportasi (cot push inflation).

“Demam” perdagangan dunia itu pun sudah menular ke Indonesia. Harga komoditas yang diimpor Indonesia seperti gandum, kedelai, dan pupuk, melonjak. Sedangkan permintaan pasar utama ekspor Indonesia, seperti AS, China, dan Uni Eropa juga membuat eksportir dan pelaku industri nasional ketar-ketir. Dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kian mulai terasa di sejumlah sektor, terutama pertanian. Diantaranya kenaikan harga beras dan biaya produksi pertanian menjadi indikator yang mempengaruhi inflasi nasional.

(Bersambung)

    Related post