Penggunaan Air Tanah di DKI Pada 2023 Akan Diberhentikan?
Penggunaan air tanah berlebihan sudah mencapai level ‘over extraction‘.
Adapun dampak dari hal itu adalah penurunan tanah di Jakarta yang sudah mencapai 12 sampai 18 sentimeter pertahun.
Terkait hal tersebut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebut penyediaan air bersih perpipaan serta pembangunan hilir menjadia beberapa alternatif mengurangi penurunan tanah.
“Pemerintah DKI maupun pusat tidak bisa apa-apa dan tidak bisa melarang kecuali sudah bisa menyuplai air bersih ini completely kepada rakyat Jakarta,” kata Basuki saat penandatanganan Fasilitas Kredit Antara PT Air Bersih Jakarta dan Kreditur Sindikasi, Jakarta, Senin (20/2).
Sebut saja Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur, SPAM Juanda yang mampu melayani kebutuhan air bersih 2.000 liter/detik.
Basuki juga mengatakan pemerintah tengah menjalankan tiga proyek untuk mengatasi permasalahan air bersih di Jakarta. Selain itu ada juga Karian Serpong yang ditargetkan dapat menyuplai 3.000 liter per detik.
Jika benar berhasil, Basuki menyebut pada 2030 pemerintah akan ‘menyuntik mati’ penggunaan air tanah di Jakarta.
“Kalo itu semua bisa kita selesaikan dan bisa menyuplai area Jakarta, maka pada 2030 pasti bisa menyampaikan kepada rakyat stop pake air tanah. Hanya dengan itu penurunan air tanah bisa dihentikan, seperti di Bangkok dan Turki,” tegas Basuki.
Dengan adanya pembangunan sistem penyaluran air bersih, pemerintah akan tetap ‘merawat’ Jakarta yang bukan lagi menjdi ibu kota negara.