Rumah Melintas Zaman Sebagai Tempat Berlindung yang Membahagiakan (Bagian 4)
Menghadapi Problematika Perumahan
Fenomena urbanisasi di Indonesia sangatlah melaju pesat. Perpindahan penduduk dari pedesaan (rural) yang dicirikan dengan kolektivisme dan solidaritas menuju budaya perkotaan (urban) dengan ciri individualisme dan kompetisi. Laki-laki dan perempuan muda meninggalkan desa mengadu nasib ke kota dengan harapan dari sanalah kehidupan yang lebih baik dirancang dan dibangun.
Namun, tanpa keterampilan yang memadai serta keterbatasan lapangan kerja membuat,mimpi mereka berbalik menjadi masalah sosial baru, seperti pengangguran, kemiskinan dan problematika tempat tinggal. Masalah kekurangan rumah (backlog) masih tersimpan rapi dalam memori sebagai potensi (potential demand) dalam menghadapi problematika perumahan di perkotaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 mencatat, dari 12,7 juta rumah tangga yang belum memiliki rumah, sekitar 60 % diantaranya berada di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Ada program penyediaan rumah ditarget secara nasional 1 juta rumah. Padahal, pertumbuhan penduduk Indonesia 3,5 juta jiwa. Dari 3,5 juta jiwa itu, jika diasumsikan mereka berpasangan, kebutuhan rumah baru yang harus tersedia sebanyak 1,75 juta jiwa rumah. Artinya, kebutuhan perumahan masih melebihi dari target pemenuhan regulasi perumahan yang berkualitas oleh pemerintah.
Dalam perspektif kebijakan program rumah subsidi bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) selama dua dekade belum menjawab kebutuhan perumahan warga. Hal ini terkait kenaikan harga akibat gelombang inflasi, diikuti menurunnya daya beli masyarakat.
Negara harus hadir dalam regulasi tidak hanya sebatas angka statistik, tetapi sesuatu yang dekat dengan denyut nadi kehidupan sehari-hari dalam menentukan cara orang dan bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Karena,lekat dengan hidup berdampingan antar-manusia, mengenang sejumlah manifestasi spritual yang telah disumbangkan “rumah” melintas zaman kepada dunia secara lebih luas. Rumah sejatinya adalah sumber kekuatan edukasi pembentukan karakter dan pemandu evaluasi untuk menatap masa depan. Manifestasi spritualitas rumah adalah kapasitas intrinsik yang ada dalam diri manusia mencari makna dan tujuan hidup.
A house is made of walls and beams, a home is built with love and dreams
Anonim
Rumah tak sekadar bangunan fisik semata, melainkan juga tempat cinta dan mimpi dirawat. Dari sanalah manusia memupuk cinta dan merawat kehangatan keluarga.
Kini di zaman modern, ada fantasi yang dikembangkan berupa rumah mewah yang sering muncul di TV, dan platform media sosial (medsos) menjadi parameter sosial dan ekonomi yang semakin menuntut dambaan keluarga bahagia. Karena masih banyak warga bangsa ini yang belum mampu membeli rumah secara tunai, berpihak kepada yang lemah, option for the poor haruslah menjadi pemikiran elite bangsa ini.
Mengingat harga rumah di luar jangkauan sebagian orang untuk membelinya secara tunai, strategi kredit pemilikan rumah (KPR) merupakan strategi yang dipilih setiap pembeli dan penjual. Kendala tersulit terletak pada laju inflasi dan kenaikan suku bunga kredit menjadi tantangan bagi konsumen dan pelaku industri properti. Pengajuan kredit pemilikan rumah atau KPR menjadi semakin sulit jika konsumen berstatus karyawan kontrak atau terlilit pinjaman daring. Bagaimana menghadirkan rumah sehat, layak dan terjangkau?
Pemerintah perlu mendorong percepatan penyelesaian proses perizinan usaha yang masih sporadis, utamanya perizinan dasar seperti, kesesuaian pemanfaatan ruang atau izin lokasi, persetujuan lingkungan atau Amdal, persetujuan bangunan gedung, dan sertifikat laik fungsi. Tidak perlu ada ego-sektoral lagi, tinggal urusan memperbaiki komunikasi dan menjalankan kesepakatan antar pelaku usaha.
Pembiayaan investasi juga diberikan kepada beberapa BUMN yang mendukung sektor prioritas nasional dan menguasai hajat hidup orang banyak, seperti infrastruktur, energi, dan perumahan. Dukungan pembangunan perumahan diberikan kepada Perum Perumnas dan Badan usaha Asosiasi Realestat Indonesia (REI). Melalui APBN suntikan dana akan diberikan agar bisa menyelesaikan proyek strategis perumahan nasional, diantaranya kepada Hutama Karya, Adhi Karya, dan Waskita Karya untuk sektor infrastruktur. PLN untuk sektor energi, PDAM untuk jaringan pipa air dalam pemenuhan air bersih.
Ini pekerjaan rumah! Kemauan politik hendaknya merespons ini, berkelanjutan melintas zaman.Bahkan, ketika kita diperhadapkan dengan VUCA, yaitu era yang penuh dengan Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Memahami VUCA secara mendalam akan membantu entitas agar tidak terluka lebih dalam di tengah dunia yang semakin tidak pasti. Karena itu, terasa harus ada pesan ikhtiar dan proses berliku, bahkan mengandung sejumlah resiko yang tidak ringan. Proses mengejar kebahagiaan itu kemudian menjadi ceruk atau celah dari alam sadar kita untuk dikelola dengan dasar nilai bermakna serba utama, tidak boleh sekehendaknya. Ada ranah benar-salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas dalam menjalani kehidupan ini. Sebagaimana etika kebijaksanaan (ethics of wisdom) yang oleh Aristoteles nantinya diharapkan memperluas kesadaran dan edukasi. Jika rumah berfungsi sebagai “alat pelindung” dari “panah api si jahat” yaitu tipu muslihat iblis yang berusaha mempengaruhi, mengendalikan dan mengacaukan pikiran. Karena, jika pikiran dikuasainya, maka perbuatan berada dibawah kendalinya. Itu sebabnya, rumah memberi semangat dan pikiran yang sehat agar kita harus berlindung kepadaNya.
(Selesai)