Pembekalan Pelayan Perempuan dan Istri Pelayan HKBP Distrik VIII DKI Jakarta
HKBP Distrik VIII DKI Jakarta menyelenggarakan pembekalan pelayan perempuan dan istri pelayan, Jumat (5/5/2023). Kegiatan yang bertempat di Wiladatika Cibubur ini berlangsung sehari sejak pukul 08.00 WIB.
Kepala Bidang Koinonia Pdt. Ridoi Batubara dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan yang digelar adalah rangkaian kegiatan menjelang perayaan paskah di tingkat Distrik. Melalui pembekalan, para pelayan perempuan dan istri pelayan diharapkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik yang dapat menunjang dan meningkatkan pelayanannya.
Senada dengan itu, ketua PPD yang sekaligus ketua panitia perayaan paskah Sandra Hutabarat br. Sidabutar berharap melalui pembekalan, seluruh peserta dapat termotivasi untuk lebih maju dan bersemangat lagi dalam pelayanannya.
Usai ibadah pembuka yang dilayani Pdt. Tiominar Ujung (Kabid Diakonia), pembekalan kemudian dibagi ke dalam dua ruangan, 1 khusus pelayan perempuan dan 1 lagi diikuti istri pelayan.
Kepada para pelayan perempuan, panitia menghadirkan Astrid Wen sebagai narasumber. Didampingi moderator Pdt. Rina Siahaan, Astrid Wen menyampaikan materi dengan judul “Personal Challenge vs Professional Challenge” yang berfokus mengasihi diri (self awareness), mengelola diri (self management), mengasihi orang di luar diri (social awareness) dan mengelola relasi dengan orang lain (relationship management).
Sementara itu di ruang khusus istri pelayan, ada 2 narasumber yang menyampaikan materi terkait tema “Menjadi perempuan istimewa”. Juwita Sitompul menyampaikan etiket pergaulan dan Debby Christince Rattu menyampaikan etiket berbusana.
Juwita Sitompul menyampaikan pentingnya etiket pergaulan. Ia pun mengatakan bahwa seorang individu yang menghayati tata krama akan memperoleh sukses dalam hidupnya, karena dengan mengenal, memahami, dan melakukan, seseorang akan lebih mudah beradaptasi dan mengendalikan diri dalam setiap lingkungan di mana pun ia berada.
Debby Christince Rattu memfokuskan pada busana. Ia mengutarakan syarat utama dalam berbusana atau berpakaian adalah dengan memperhatikan kebersihan, rapi, sopan dan serasi. Ia juga menekankan agar dalam menggunakan busana, peserta pembekalan dapat menyesuaikan dengan waktu dan acara, mengenali kelebihan dan kekurangan tubuh masing-masing, menyesuaikan umur dan profesi serta menyesuaikan dengan kepribadian masing-masing.
Setelah dipisahkan sesuai dengan sesi pembekalan masing-masing, peserta pembekalan kemudian digabung dalam satu ruangan untuk mendengarkan pembekalan dari Praeses.
Praeses Bernard Manik dalam materinya mengingatkan makna pargodungan atau kompleks gereja sebagai pusat pekabaran Injil. Ia mengutarakan bahwa wajah gereja dan pelayan tergambar dalam kehidupan pargodungan, sekaligus gambaran kehadiran kerajaan Allah saat mana tersaji kekeluargaan, kedamaian, sukacita dan spiritualitas.
Untuk itu, Praeses mengingatkan agar setiap pelayan dan keluarga dapat menunjukkan keteladanan bagi jemaat dengan menciptakan suasana pargodungan yang akrab, sederhana dan memiliki spiritualitas yang tinggi.
Usai menerima pembekalan dari narasumber, peserta pembekalan pun mengikuti games untuk semakin mengakrabkan serta mengasah kreativitas pelayan dan keluarga dalam timnya masing-masing.