Ibadah Syukur 138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak
19 Juli 1885 adalah waktu yang bersejarah bagi HKBP khususnya pendeta. Tanggal tersebut adalah tanggal penahbisan 3 orang pendeta dari kalangan Batak yang ditahbiskan di HKBP Pearaja. Mereka adalah Pdt. Johannes Siregar, Markus Siregar dan Petrus Nasution.
Mengingat hal itu, pada Rabu (19/7/2023) HKBP mengadakan Ibadah Syukur Peringatan 138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak (1885-2023), bertempat di Gedung Gereja HKBP Tanjung Sari, Medan. Berlangsungnya acara ini diprakarsai oleh Ketua Rapat Pendeta HKBP Pdt. Maulinus Siregar.
Ibadah peringatan 138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak ini dipimpin Kepala Departemen Marturia HKBP Pdt. Daniel Taruliasi Harahap sebagai pengkhotbah. Pada penyampaian khotbahnya, Pendeta Harahap mengutip 3 nas sebagai acuan khotbah yakni 1 Timotius 4:7-14, 2 Timotius 1:5-8 dan 2 Timotius 3:14-17.
Melalui khotbah tersebut, Pendeta Harahap menekankan 4 hal yang menjadi perenungan di saat mengingat 138 tahun tahbisan pendeta Batak. Pertama, agar seluruh pendeta, pelayan tahbisan bahkan jemaat tetap melatih diri untuk beribadah atau hidup saleh. Kedua, harus mampu menjadi teladan bagi sekeliling paling tidak untuk tiga, empat atau lima hal.
Ketiga, ia mengajak para pendeta untuk memelihara “mangarataratai“karunia Tuhan yang telah diterima dan keempat, hal yang sering ditekankan olehnya dalam berbagai pembinaan termasuk melalui khotbahnya, yakni hidup di dalam firman Tuhan dengan cara tekun membaca kitab suci.
Acara peringatan 138 tahun tahbisan pendeta dihadiri para pendeta aktif dan pensiun, jemaat serta secara khusus panitia menghadirkan keturunan para pendeta Batak pertama itu.
Ketua Rapat Pendeta HKBP Pdt. Maulinus Siregar dalam sambutannya menekankan bahwa mengingat sejarah adalah sesuatu hal yang sangat berharga. Melalui sejarah dan peristiwa lampau, ada banyak pelajaran yang perlu diketahui, direnungkan dan selanjutnya direfleksikan dalam hidup dan pelayanan.
Melalui acara peringatan ini, KRP HKBP mengajak agar seluruh pelayan khususnya pendeta semakin sungguh-sungguh untuk melayani, sebab kerinduan untuk melayani itulah yang ditunjukkan para pendeta Batak yang pertama itu.
“Mari kita teladani jejak para pendeta pendahulu kita yaitu kerajinan, kesungguhan melayani, habuluson mulaulaon serta hati yang jujur dan bersih,” ajak Pdt. Maulinus Siregar.