Uji Coba Bioavtur dan Prospek di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berhasil melakukan uji coba penerbangan menggunakan bahan bakar nabati jenis bioavtur buatan Pertamina, Rabu (6/10/2021)
Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan pesawat CN235-220 milik PT Dirgantara Indonesia dengan menempuh jarak sekitar 100 km dari Bandung ke Jakarta. Penggunaan bahan bakar ini merupakan campuran avtur dengan minyak inti kelapa sawit. Bahan bakar yang digunakan mengandung 2,4% minyak kelapa sawit yang disebut juga dengan Bioavtur J2.4.
Pada tahun 2025 campuran bahan bakar akan ditingkatkan menjadi 5% namun implementasi pencampuran bioavtur masih terkendala ketersediaan produk bioavtur, proses teknologi, dan nilai ekonomisnya.
Pengembangan bahan bakar jenis ini diharapkan dapat menggantikan bioavtur yang digunakan dalam jasa penerbangan Indonesia maupun mancanegara.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub RI Novie Riyanto dalam web resmi ITB (6/10/2021) mengatakan sektor transportasi udara berkontribusi terhadap emisi karbon hingga 2 persen.
Uji coba penerbangan campuran bahan bakar bioavtur itu dapat menjadi momentum positif bagi Indonesia untuk segera menuntaskan pengujian bioavtur pada pesawat udara sipil, merealisasikan produksi energi baru terbarukan, hingga menambah daftar kontribusi nyata Indonesia dalam upaya penurunan emisi karbon dan mencegah perubahan iklim dunia dari aktivitas penerbangan.
Indonesia saat ini memiliki Program Mandatori Biodiesel 30% atau disebut B30 yang mewajibkan pencampuran 30% biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar.
Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa Indonesia sebagai produsen terbesar kelapa sawit akan berinovasi dalam penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar nabati dan akan melanjutkan program J100. Pengembangan program ini juga mengurangi ketergantungan energi impor dan menambah devisa negara 8 miliar dolar Amerika.