“Walking Tour” Sepanjang Jalan Cikini Yang Penuh Sejarah
Tempat Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki dikategorikan yang paling banyak diketahui di Jalan Cikini Raya pada masa sekarang. Jalan yang membentang 1 km itu menyimpan Peta Sejarah yang Panjang sejak zaman kolonial.
Wajah Jalan Cikini yang telah berubah dan berkembang, ruang modern yang tengah berkembang dan bertumbuh dari abad ke abad.
Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Disparekraf DKI Jakarta Hari Wibowo mengatakan peta sejarah yang ada di Jalan Cikini memiliki daya Tarik tersendiri bagi para wisatawan. Sederet Potensi nilai Sejarah menjadikan nilai tambah bagi pengembangan wisata dengan konsep walking tour.
“Banyak yang spesial disini. Ada Bakoel Koffie, beberapa wisata di Cikini. Ada rumah Menteri Luar Negeri Pertama Bapak Alm. Ahmad Soebardjo” Kata Hari.
Infrastruktur trotoar di sepanjang Jalan Cikini yang sudah rampung, dilengkapi dengan fasilitas pejalan kaki, bangku taman, halte , guiding block , bollard , tiang kecil pembatas dan wayfinding.
Menjelajah tempat bersejarah di Cikini dengan berjalan kaki menjadi pilihan yang tepat di era pandemic sekarang ini dengan banyaknya tempat menarik masa kini dan masa tempo doeloe dapat mengimajinasikan wajah cikini dulu dan sekarang.
Beberapa tempat yang masih ada sampai saat ini yaitu Istana Raden Saleh dan Kedai Bakoel Koffie. Pada masa Indonesia masih Bernama Hindia Belanda, Cikini dapat dikatakan termasuk Kawasan istimewa. Menariknya, pada masa itu maestro dan sosialita Raden Saleh pemilik lahan paling luas di daerah Cikini, konon luas lahannya membentang dari TIM (Taman Ismail Marzuki) sampai ke RS PGI Cikini.
Istana yang masih eksis sampai saat ini bertempat di RS PGI Cikini merupakan karya beliau sendiri. Pelukis Bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman membuat istananya terinspirasi dengan Kastil Callenberg di Jerman pada tahun 1852.
Bagian Interior yang paling menonjol ialah ruang aula berplafon tinggi yang digunakan para sosialita untuk menggelar pesta dansa saat itu. Pintu Gerbang rumah Raden Saleh dahulu terletak dari arah jalan Cikini Raya searah dengan orientasi bangunan menghadap barat daya.
Setengah Abad setelah lahan itu bukan lagi dimiliki Raden Saleh, Jalan Cikini perlahan berubah dan terus berkembang sedemikian rupa, hal tersebut terlihat dari berdirinya sejumlah fasilitas dan beberapa bangunan yang tak lagi utuh dan berganti fungsi, termasuk taman dan kebun binatang bekas Raden Saleh.
Namun ada beberapa Bangunan yang masih sama sampai saat ini yaitu Bangunan bernuansa artdeco sejak 1920 ,Kantor Pos Cikini (Tjikini Post Kantoor), Toko Laba-Laba “De-Spin” Toko yang menjual produk berbahan kulit, Sekolah Eertse School D (SMPN 1 Cikini) merupakan sekolah pertama orang pribumi pada zaman Batavia, Roti Tan Ek Tjoan dan Bakoel Koffie.
Beberapa bangunan lainnya yang sudah hilang dan berganti fungsi tetapi produknya masih dapat dijumpai yaitu Toko Kacamata A.Kasoem dan Toko Es Krim Favorit Keluarga Bung Karno yakni Toko Es Krim Tjan Njan atau Tjanang.