The Wonded Healer – Penyembuh Yang Terluka
Apakah saudara pernah terluka? Sudah pasti. Apakah saya pernah terluka? Sering. Setiap orang pasti memiliki luka-luka dalam dirinya, baik fisik, maupun batin.
Kita terluka karena sikap dan perbuatan kita sendiri. Kita terluka karena sikap dan perbuatan orang lain. Kita terluka karena situasi dan kondisi keluarga, karena kondisi pekerjaan kita atau karena kondisi dunia sekitar kita. Berbagai problematika kehidupan yang di luar kontrol kita bisa mengakibatkan luka yang sangat menyakitkan.
Termasuk pandemi covid-19 telah menorehkan banyak luka dalam diri banyak orang. Banyak orang yang kehilangan orang yang dikasihinya. Tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan. Sebahagian harus merelakan usahanya tutup karena tidak mampu lagi memenuhi biaya operasional.
Keadaan ekonomi yang jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum pandemi dengan keadaan sekarang mengakibatkan rasa frustrasi, kekesalan, kehilangan semangat, bahkan tidak sedikit yang kehilangan pengharapan.
Satu masalah besar bisa menimbulkan masalah lain. Satu luka bisa menimbulkan luka-luka yang lain. Ada efek domino. Ini semua mengakibatkan luka-luka dalam diri banyak orang.
Ini sungguh menyakitkan. Namun inilah kenyataan hidup. Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah: Bagaimana saudara menyikapi luka-luka yang saudara alami? Jika saudara mampu mengatasinya, pengalaman saudara bisa menjadi inspirasi yang sangat berharga bagi orang lain.
Bagi saudara yang masih bergumul dan masih mencari cara untuk mengatasi, bakan menyembuhkan luka dalam diri saudara, mungkin video motivasi ini bisa menjadi bantuan berharga bagi saudara.
Salah seorang hamba Tuhan yang paling mendalam membahas masalah luka dalam diri seseorang bernama Henry J. Nouwen. Dia adalah seorang Pastor dan penulis terkenal. Salah satu ulisannya yang sangat terkenal di seluruh dunia berjudul “The Wounded Healer,” yang artinya Penyembuh Yang Terluka.
Nouwen mengatakan, “Setiap kali kita mengalami kehilangan atau kekecewaan, ada berbagai pilihan yang hadir di depan kita. Kita bisa memilih untuk menjadikan kehilangan atau kekecewaan itu sebagai alasan untuk marah, benci, frustrasi, dendam dan benar-benar terluka, atau kita juga bisa memilih menjadikannya sebagai kesempatan dan jalan untuk belajar dan melihat dimensi kehidupan yang baru, lebih luas, lebih dalam dan lebih bermakna.”
Menurut Nouwen, tidak ada yang dapat menghindar dari luka-luka kehidupan. Kita adalah umat yang terluka, apakah secara fisik, emosi, mental dan spiritual. Karena itu, pertanyaan utama, bukanlah, “bagaimana kita menyembunyikan luka-luka itu sehingga kita tidak akan malu karenanya?” Pertanyaan utama adalah, “Bagaimana kita menggunakan kondisi keterlukaan kita menjadi pelayanan bagi orang lain?”
Jika berkaca dari pernyataan Nouwen ini, luka-luka yang kita alami tidak selamanya buruk. Sebaliknya, jika kita memiliki sikap dan pendekatan yang baik, benar dan tepat, luka-luka yang kita alami bisa menjadi sumber kesembuhan dan pemilihan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain yang juga terluka.
Benar yang dikatakan oleh Henry Nouwen. Benar dalam sejarah gereja dan sejarah dunia, orang-orang yang mampu menyembuhkan secara luar biasa adalah orang-orang yang dalam hidupnya mengalami banyak luka. Luka itu tidak selalu diungkapkan orang yang mengalaminya, namun sejarah mencatatnya.
Martin Luther King,Jr, seorang pendeta muda yang berjuang menentang ras diskriminasi di Amerika Serikat di tahun 1960-an adalah orang yang terluka. Sangat terluka. Tetapi, dia benar-benar mentransformasikan luka dan pengalaman pahitnya menjadi kekuatan untuk berjuang dan membebaskan bangsanya dari Ras Diskriminasi. Dia pada akhirnya mati terbunuh pada tanggal 4 April 1968 di Memphis, Tennessee. Dia terluka, dan dia membawa kesembuhan.
Ingwer Ludwig Nommensen, adalah orang yang terluka, semasa dia masih anak kecil akibat kecelakaan. Tetapi dengan iman dia transformasikan menjadi kesembuhan dan itu enjadi salah satu pendorong bagi dia untuk menjadi penginjil ke tanah Batak untuk membawa terang Injil dan kesembuhan.
Dan, menurut Nouwen, pribadi yang paling nyata mengalami luka paling banyak dan paling menyakitkan adalah Sang Mesias – Yesus sendiri. Secara fisik, mental, emosional dan spiritual Dia terluka. Benar-benar terluka. Tetapi justru luka-luka Yesus yang paling menyembuhkan dan menjadi sumber inspirasi dan kepulihan bagi banyak orang dari abad yang pertama hingga sekarang.
Sekarang, yang menjadi pergumulan kita bersama adalah: Bagaimana kita mentransformasikan luka-luka yang kita alami menjadi sumber kesembuhan dan inspirasi bagi orang lain? Kita tidak perlu mencari luka-luka baru. Kita hanya dituntut dan ditantang untuk melihat luka-luka yang kita alami dalam perspektif iman dan menjadikannya menjadi pengalaman berharga dan sumber kesembuhan dan inspirasi bagi banyak orang.
Karena itu, jika saudara saat ini sedang terluka, atau memiliki luka-luka yang selama ini terpendam, tertutup bahkan dengan sengaja disembunyikan karena rasa takut, malu dan alasan lainnya, sekarang cobalah melihatnya dalam perspektif baru di bawah terang pertanyaan eksistensial:
Bagaimana saya bisa menggunakan luka-luka saya ini menjadi sumber kesembuhan, inspirasi dan pelayanan bagi orang lain?
Saudara pasti bisa. Saya sendiri sudah mengalaminya, dan terus berupaya belajar dan melatih diri menggunakan luka-luka yang saya alami menjadi sumber kesembuhan dan inspirasi.
Bersama Tuhan, mari kita transformasikan luka-luka kita menjadi kesembuhan dan inspirasi. Be the wounded healer! Be like Jesus!