Be A Servant Leader – Jadilah Pemimpin Hamba
“Journey To The East” adalah novel karya penulis terkenal dari Jerman bernama Hermann Hesse, mengisahkan “petualangan mistis” sekelompok orang yang yang bersepakat melakukan petualangan di pegunungan Himalaya. Sepanjang perjalanan, semua berlangsung lancar, penuh kesatuan, semangat dan sukacita.
Salah seorang anggota kelompok bernama Leo, ia adalah orang yang baik dan rendah hati. Dia tidak banyak bicara, namun dia rajin melakukan hal-hal kecil seperti memasak, cuci piring, mengobati yang sakit dan mengurus yang kelelahan. Dia juga pintar main gitar dan bernyanyi, menghibur anggota kelompok itu sepanjang jalan. Tetapi suatu hari Leo menghilang entah kemana.
Setelah kepergian Leo, semua terasa berubah. Semangat kelompok jatuh. Mereka semakin lemah dan sepertinya petualangan mereka jadi tidak terarah. Mereka bertanya-tanya, “Mengapa kita jadi seperti ini?” Padahal orang-orang pintar dan kuat masih ada bersama-sama dengan mereka. Namun atmosfer kelompok berubah drastis dan tidak menyenangkan. Itu terjadi, karena Leo tidak ada bersama-sama dengan mereka.
Setelah sekian lama, salah seorang dari anggota kelompok itu tanpa sengaja berjumpa dengan Leo. Dalam perbincangan mereka, dia berkata, “Leo, kami tidak bisa melanjutkan petualangan ini tanpamu. Mari, ikutlah dengan kami supaya kita melanjutkannya, hingga sampai ke tujuan semula!”
Setelah Leo bergabung kembali, mereka semua sadar akan diri mereka dan teman mereka. Akhirnya semua mereka mengaku, bahwa sesungguhnya Leo bukanlah sekadar anggota biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan sepele. Mereka semua mengaku, sesungguhnya Leo adalah pemimpin mereka. Dialah yang membangun “semangat tim” (the spirit of the team).
Kisah inilah yang menginspirasi Rober K. Greenleaf menuliskan satu buku yang banyak berpengaruh di dunia dalam beberapa dekade terakhir ini, yang berjudul “Servant Leaders – Pemimpin Hamba.” Dia mengembangkan teori kepemimpinan yang banyak memengaruhi perkembangan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan di dunia ini.
Dia juga menerapkan teori ini dalam perusahaan yang dipimpinnya sebagai CEO (Chief Executive Officer), yakni AT&T. Dia mengembangkan AT&T menjadi satu perusahaan yang berorientasi pada pelayanan. Semua posisi di perusahaan itu mulai dari CEO hingga posisi terendah harus dipandang dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan masyarakat luas.
Greenleaf mengatakan, bahwa kepemimpinan hamba berbeda dari model kepemimpinan yang biasa diterapkan di dunia ini. “Orang yang tinggi jabatannya, bisa bertindak semena-mena, dan semua bawahan harus melayani dia.” Paradigma berpikir ini sudah ketinggalan zaman dan tidak berlaku dalam model kepemimpinan hamba. Sebaliknya, pemimpin harus melayani.
Salah satu buah dari kepemimpinan hamba menurut Greenleaf harus kelihatan dari kenyataan, “bahwa orang-orang yang dilayani akan semakin kuat, semakin mandiri, semakin bijak, semakin baik dan rendah hati, serta semakin ingin melayani.” Selain itu, bahwa “segmen masyarakat paling lemah, paling miskin dan terpinggirkan/termarginal dapat merasakan buah dari kepemimpinan itu.
Dua ribu tahun lalu, jauh sebelum novel “Journey to The East” atau sebelum Greenleaf menuliskan buku terkenal “Servant Leaders,” Yesus telah memperkenalkan model kepemimpinan hamba dan itu terkandung dalam ucapan Yesus yang terkenal, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk. 10: 45).
Yesus memutar balikkan konsep berpikir mereka. Yesus mengubah paradigma berpikir mereka tentang kepemimpinan. Karena itu, barangsiapa ingin menjadi pemimpin, dia harus pertama-tama ingin melayani semua orang. Pelayanannya tidak boleh pura-pura dalam rangka mencapai posisi tertentu. Sebaliknya, dari dirinya dia memang ingin melayani, bukan demi posisi atau pengakuan.
Sama seperti Leo dalam “Journey to The East“ memang dia benar-benar dari dalam dirinya ingin melayani, ingin menghibur, ingin bernyanyi dan bermain musik, ingin cuci piring, ingin menyediakan makanan teman-teman dan dia ingin membahagiakan orang lain. Dia benar-benar melayani dengan segenap hati (Marhobas Sian Nasa Roha).
Jadilah pemimpin yang melayani – Be a servant leader!