Gereja Tampung Ratusan Pengungsi Banjir di Kudus

 Gereja Tampung Ratusan Pengungsi Banjir di Kudus

Pengungsi Banjir di Kudus Menjalankan Salat Di Aula Gereja Yang Menjadi Tempat Pengungsian

Tempat pengungsian di Balai Jati Wetan, Kudus, Jawa Tengah, harus ditutup untuk penambahan pengungsi. Sementara, banjir di Kudus terus meluas.

Ratusan jiwa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengungsi akibat banjir. Setelah menggenang permukiman selama lima hari, banjir belum juga surut.

Salah satu daerah yang paling parah adalah di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati. Di desa itu terdapat sekitar seratusan warga yang terpaksa mengungsi.

Mereka mengungsi di aula Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjung Karang, salah satu bangunan yang tidak tergenang banjir.

Pengungsi korban banjir melakukan shalat di ruang aula Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjung Karang, Kudus, Jawa Tengah, Pengurus gereja setempat mengatakan, sebagai bentuk kepedulian serta menghargai kepercayaan dan ibadah setiap umat beragama, gereja tersebut dijadikan tempat pengungsian sebanyak 127 warga korban banjir yang mayoritas beragama islam sejak Minggu 1/1/2023. 

Tercatat jumlah pengungsi terus bertambah menjadi 273 jiwa. Akibat kondisi tersebut, Balai Desa Jati Wetan ditutup untuk korban banjir.

Saat ini korban dari Desa Jati Wetan disebar hingga ke Gedung DPRD Kudus bersama 170 warga Desa Karangrowo. Gereja Tanjung Karang juga untuk sementara diubah menjadi tempat pengungsian.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir di Kudus terus meluas. Sebanyak 26 desa di lima kecamatan di Kudus terdampak. 

Pengurus GKMI Tanjung Karang, Boedi Poedjijono mengatakan warga mulai mengungsi di tempat tersebut sejak akhir pekan lalu. Menurutnya, gereja itu memang kerap jadi lokasi mengungsi saat banjir.

“Kalau banjir pasti jadi pengungsian, mulai 2021 kita pakai pengungsian,” terang Boedi saat ditemui, Rabu (4/1/2023).

Menurut dia adanya warga muslim yang melaksanakan salat di aula gereja tidak masalah. Boedi menghargai kepercayaan warga lainnya. Pihaknya pun terbuka dengan umat agama lainnya.

“Kita sangat menghargai kepercayaan mereka, mau ibadah di sini terbuka, tidak mau melarang,” kata Boedi.

“Tujuan ibadah untuk sesama buka siapapun,” Boedi melanjutkan.

Diperkirakan ada 28 ribu jiwa terdampak. Warga yang mengungsi tercatat sudah 851 jiwa.

Related post