Maknai Jumat Agung, HKBP Sion Batang Gansal Layani Peneguhan Sidi Bagi Difabel
HKBP Sion Ressort Batang Gansal Riau memberi makna istimewa pada momentum peringatan kematian Tuhan Yesus atau Jumat Agung, 29 Maret 2024. Makna Istimewa tersebut dinyatakan dengan pelayanan Peneguhan Sidi khusus bagi 2 orang difabel atau penyandang disabilitas anggota di HKBP Sion. Mereka mengaku iman percaya dan menerima sakramen Perjamuan Kudusnya perdana. Peneguhan Sidi dan Perjamuan Kudus dilayani dan dipimpin Uluan Huria atau Pimpinan Jemaat, Pdt. Binsar H. Nababan.
Menurut Pdt. Binsar Nababan kepada newkairos.co (12/4/2024), HKBP Sion memiliki komitmen bersama bahwa pembelajaran dan penghayatan iman kepada para difabel, bukan hanya karena kebutuhan agar bisa mengaku iman atau “Naik Sidi,” melainkan terus berkelanjutan sampai akhir hayatnya. Pdt. Binsar Nababan mengatakan, bahkan komitmen bersama yang lebih luas, bahwa keberadaan para difabel di HKBP Sion bukan lagi hanya tanggungjawab orangtua atau keluarganya saja, tapi juga menjadi tanggungjawab gereja.
HKBP Sion Resort Batang Gansal berada di Desa Sungai Akar, wilayah antara perbatasan Provinsi Riau dan Jambi. Gereja ini memiliki anggota 172 KK. Gereja ini bediri parmingguan 17 Oktober 2004 dan menjadi Huria na Gok atau jemaat penuh pada tanggal 03 Juli 2005. Wilayah Lintas Timur ini dihuni mayoritas etnis Melayu, dan pada perkembangannya dihuni para perantau etnis Batak, bahkan saat ini 27 gereja dari berbagai denominasi berdiri di desa ini.
Pdt. Binsar Nababan melanjutkan bahwa HKBP Sion adalah gereha ramah Difabel. Setiap Natal para Difabel menerima uang Natal yang telah ditetapkan dalam anggaran gereja setiap tahunnya. Aksi ini masih dalam dimensi keterbatasan pemahaman warga jemaat secara keseluruhan, yang terlihat dari dari nama mata anggaran “Sosial Natal tu na Martihas na Maliali”. Pdt. Binsar mengatakan bahwa pelayanan ibadah bagi para difabel masih terbatas. Mereka duduk tenang di kursi, bahkan ada yg harus tetap di dalam mobil karena kondisi gereja yang belum layak untuk mereka akses.
Menurut Pdt. Binsar Nababan, sejak Oktober 2023, gereja melakukan sosialisasi bahwa penyandang disabilitas atau para difabel tidak lagi disebut sebagai cacat atau “tihas”, bukan penyakit apalagi kutuk dan akibat dosa, mereka juga Imago Dei, Citra Allah, Manifestasi Allah, dan Allah berkenan menyatakan kuasaNya melalui kehidupan mereka. Sosialisasi ini berdampak pada sikap majelis dan anggota jemaat yang semakin terbuka, utamanya keluarga, yang selama ini terus berharap akan “kesembuhan fisik” seperti manusia pada umumnya. Penguatan kepada keluarga, penerimaan seutuhnya keberadaan para difabel, bukan hanya oleh orangtuanya saja, termasuk oleh saudara-saudara kandungnya, orang terdekat, masyarakat dan gereja menjadi hal yang utama untuk dipegang semua pihak. Terlebih self-esteem, rasa diri berharga kepada difabel itu sendiri pun harus ditanamkan.
Sosialisasi juga berdampak baik pada peran dan partisipasi para difabel, semisal tergabung dalam vocal group remaja atau naposo di ibadah Minggu, dan bergabung dalam kebaktian lingkungan.
Pdt. Binsar Nababan mengajak gereja semakin terbuka dan bersungguh-sungguh melayani para difabel.
“Setiap kita berpotensi menjadi difabel, tapi sekalipun kita difabel, percayalah bahwa kita adalah Citra Allah yang Dipakai Allah untuk menunjukkan kemahakuasaanNya,” pungkas Pdt. Binsar Nababan.
Kedua penyandang disabilitas yang menerima Peneguhan Sidi adalah Lamhot Tua Silaban – Tuna Multi, dengan amanat peneguhan “TUHAN adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku,” dan Binsar Togatorop – Tuna Grahita, dengan amanat peneguhan “Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari padaKu
“Ayat Sidi untuk mereka berdua yang mungkin tidak akan pernah mereka mengerti, namun selalu mereka hayati. Dalam keyakinan, kunyatakan bahwa, TUHAN pencipta kalian yang akan menjaga hidupmu dan menyempurnakan imanmu sampai akhir hayatmu,” pungkas Pdt. Binsar Nababan mengakhiri keterangannya.