Pdt. Asnath Natar: “Pemimpin yang Melayani, Bukan Menguasai

 Pdt. Asnath Natar: “Pemimpin yang Melayani, Bukan Menguasai

Pdt. Dr. Asnath Natar Dosen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta

Semua orang, laki-laki dan perempuan sama-sama diberikan Allah anugerah akal budi, kemampuan dan tanggung jawab dalam membuat pilihan atau keputusan. Namun, mengapa perempuan kurang atau bahkan sulit menduduki posisi strategis? 

Pernyataan di atas adalah bagian dari pemaparan Pdt. Dr. Asnath Natar sebagai narasumber ketiga dalam Seminar Pemberdayaan Partohonan Perempuan HKBP

Pdt. Asnath Natar menyampaikan beberapa kondisi atau penyebab mengapa perempuan sulit menduduki posisi strategis. Salah satunya adalah rasa rendah diri dari perempuan itu sendiri. 

“Terkadang perempuan merasa lemah, tidak memiliki kemampuan serta memiliki mintah yang rendah untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Mereka selalu merasa hanya sebagai pemain figuran dan bukan sutradara”, ucap Pdt. Dr. Asnath Natar yang merupakan Dosen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. 

Lebih lanjut Pdt. Asnath Natar menyampaikan bahwa ada ketakutan bagi perempuan untuk mengambil tanggung jawab serta takut menghadapi resiko dari keputusan yang diambil. 

Disamping itu, sesama pelayan perempuan pun sering menganggap pelayan perempuan lainnya sebagai saingan atau lawan yang harus dikalahkan. Pemikiran yang menjadikan perempuan lainnya sebagai saingan harus disingkirkan. 

Melalui seminar pemberdayaan perempuan partohonan ini, Pdt. Asnath berharap para pelayan perempuan di HKBP semakin memperlengkapi diri dengan gaya kepemimpinan yang khas, yakni lemah lembut, mempertimbangkan hubungan antar pribadi dengan matang, serta tidak berpusat hanya pada satu orang. 

Pdt. Asnah Natar juga berharap di masa yang akan datang keberadaan pelayan perempuan semakin diperhitungkan, turut dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Namun sebagai pemimpin, hendaknya para perempuan lebih bertindak sebagai koordinator dan motivator, lebih memperhatikan keinginan bersama dari pada keinginan pribadi. 

“Perbanyaklah mendengar, berdialog, menjaga hubungan antar pibadi. Jadilah perempuan pemimpin yang melayani, bukan menguasai”, pungkas Pdt. Asnath Natar mengakhiri paparannya. 

Sessi ini dipandu moderator Gr. Masnarita Rajagukguk. Peserta seminar mengikuti pemaparan narasumber seraya berharap dapat menjadi pemimpin perempuan yang benar-benar melayani dan bukan untuk menguasai.

Heri Tobing

Related post