Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Pendeta HKBP dan Guru Besar Teologi Termuda di Indonesia dari STFT Jakarta
HKBP mendapat kabar sukacita dengan dikukuhkannya salah seorang pendetanya menjadi Guru Besar atau Profesor bidang Filsafat dan Etika di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta. Pengukuhan berlangsung di Aula STFT Jakarta, Rabu (27/9/2023) pukul 09.00 WIB.
Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. mencapai gelar guru besar di usia relatif muda, yakni di usia 42 tahun dan 10 bulan. Untuk bidang ilmu lain, mungkin ada yang lebih muda, namun di bidang teologi, Prof Binsar masih yang termuda.
Prof. Pakpahan tidak hanya menjadi yang termuda dalam sejarah Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta (STFT Jakarta) tetapi juga dalam sejarah dunia teologi di Indonesia. STFT Jakarta sepanjang perjalanannya senantiasa melahirkan teolog-teolog terbaik yang berkontribusi bagi dunia teologi. STFT Jakarta merupakan sekolah tinggi teologi ekumenis tertua di Indonesia dan didukung oleh gereja-gereja di Indonesia melalui Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), salah satunya HKBP. Tradisi pembelajaran yang kuat, spiritualitas yang transformatif, dan komunitas yang kreatif menjadi karakter dari STFT Jakarta untuk terus berdiri di barisan depan pendidikan teologi di Indonesia.
Pada acara pengukuhan, Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph,D. menyampaikan orasi ilmiah dengan tema, “Berteologi Dari Hati: Cara Teologi Menyikapi Perkembangan Artificial Intelligence.”
Dalam orasinya, Prof. Pakpahan membahas perkembangan Artificial Intelligence yang sebenarnya sudah lama digunakan dalam kebutuhan sehari-hari seperti Google Maps, musik, film, dengan mengandalkan algoritma. Sebagai mesin logis, perbedaan utama AI dan manusia adalah lompatan pemikiran yang dimiliki manusia dengan hati yang mengalami perjumpaan dengan kasih Yang Mahakuasa. Dengan hati, seseorang bisa memilih untuk mengampuni, memiliki harapan, dan mencintai, ketiganya secara rasio jadi tidak logis, namun hati membuat orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan memilih jalan yang menjadikan dunia lebih baik lagi. Terdapat dua kesimpulan, pertama AI tidak bisa mengganti manusia karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang tidak ditetapkan penciptanya. Seperti dalam bidang ilmu lain yang memerlukan refleksi, AI hanya bisa menjelaskan teologi dari set data yang diberikan kepadanya, tidak bisa melakukan lompatan rasio dalam teologi. Kedua, tanpa regulasi yang baik, AI digunakan oleh korporasi yang memiliki kemampuan dan motivasi ekonomi, sehingga algoritma keuntungan menjadi utama. Pada akhirnya, AI mampu menimbulkan bias, kesenjangan, dan diskriminasi. Di poin kedua ini Prof. Pakpahan menekankan pentingnya akademisi dan institusi religi untuk menyuarakan penjagaan moral, dan tidak menyerahkannya kepada algoritma AI.
Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. lahir di Medan, 12 Oktober 1980. Ia adalah putra dari pasangan alm. Prof. Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., M.A. dan Rosintan Marpaung, S.Si. Ayahnya adalah seorang pejuang buruh Indonesia sejak masa Orde Baru. Prof. Pakpahan menikah dengan Dorta N. O. Pardede, S.IP., M.A. dan dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Reinhold Fransiscus Pakpahan dan Friedrich Immanuel Naburju Pakpahan.
Ia adalah Pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan ditahbiskan pada tahun 2008. HKBP mengutusnya sebagai dosen tetap di STFT Jakarta sejak tahun 2012. Di STFT Jakarta, Prof. Pakpahan mengampu bidang studi Teologi Publik, Filsafat, dan Etika. Ia mengabdi sebagai Wakil Ketua IV Bidang Relasi Publik STFT Jakarta. Saat ini, Prof. Pakpahan juga mengabdi sebagai Ketua Komite Gereja dan Masyarakat HKBP (2020-2024), Ketua Komisi Teologi PGI (2019-2024), dan berbagai posisi lain di lembaga teologi, negara, dan internasional.
Pencapaian sebagai Guru Besar menambah rentetan prestasi Prof. Binsar yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai Ketua terpilih STFT Jakarta dan akan dilantik pada Hari Sabtu, 30 September 2023.