PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 6)

 PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN (BAGIAN 6)

Penulis : Merphin Panjaitan (Tokoh Oikumene dan Pemerhati Sosial)

Terperangkap Dalam Lingkaran Setan Ketamakan

Individu dan perusahaan menimbun kekayaan untuk mempetahankan keberadaannya; dan kekayaan memperbanyak dirinya sendiri berlipat ganda; proses ini berlangsung terus dengan kekayaan yang semakin besar. Timbunan kekayaan itu lepas dari kendali sipemilik, dan bermatomormose menjadi Mamon yang memperbudak sitamak pemiliknya sendiri. Dalam lingkaran setan ketamakan, yang berperan menjadi “setan” adalah timbunan kekayaan itu sendiri. Dan oleh karena itu berhati-hatilah dengan timbunan kekayaan, jangan sampai berubah menjadi Mamon. Ketamakan segelintir orang di muka bumi ini telah menimbulkan kemiskinan dan pengangguran massal, ketimpangan ekonomi, ketidakadilan, dan kerusakan bumi.  Dengarlah peringatan Yesus Kristus yang disaksikan dalam Lukas 12; 15: Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu”.

Kaum tamak perlu dikeluarkan dari perangkap yang menjeratnya; dan untuk itu dibutuhkan peran negara dengan berbagai kebijakannya, antara lain dalam mewujudkan pasar yang adil. Pasar sebagai tempat pertukaran barang dan jasa tetap kita butuhkan; manusia adalah mahluk produsen sekaligus konsumen barang dan jasa. Individu dan perusahaan menghasilkan barang dan atau jasa tidak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi juga untuk dijual kepada pihak lain. Manusia membutuhkan pertukaran barang dan jasa, dan untuk kegiatan tersebut dibutuhkan pasar, dan pasar tersebut harus adil.

Pada akhirnya, ekonomi pasar bebas bermuara pada pengangguran massal, kemiskinan, ketimpangan ekonomi dan kerusakan lingkungan hidup. Ekonomi seperti ini lebih tepat disebut sebagai ekonomi bunuh diri. Ekonomi seperti ini harus digantikan dengan ekonomi yang memberdayakan kaum miskin, menjamin kesejahteraan umum dan memelihara lingkungan hidup, dan untuk itu Dewan Gereja-gereja se Dunia (DGD) menawarkan Ekonomi kehidupan. Ekonomi kehidupan bertolak dari pengakuan bahwa seluruh kehidupan ini adalah ungkapan kasih Tuhan, yang memberi kehidupan kepada bumi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kehidupan yang baik adalah kesetaraan, kerjasama, keadilan, dan saling berbagi penuh kasih. Keluhan rasa sakit ciptaan dan tangisan kaum miskin menyadarkan kita betapa daruratnya ekonomi, sosial, politik dan ekologi sekarang ini.

Pasar yang kita butuhkan adalah pasar adil, bukan pasar bebas yang mengakibatkan kemiskinan, penganguran massal, ketimpangan ekonomi dan kerusakan bumi, seperti yang terjadi sekarang ini. Pasar bebas ini harus diganti dengan pasar adil; dan kita sedang berjuang untuk mewujudkannya. Keadilan adalah kondisi dimana semua pihak mendapatkan haknya dan diperlakukan sesuai dengan martabat manusia. Manusia mendapatkan hak asasi manusia, warganegara mendapatkan hak warganegara, rakyat mendapatkan hak rakyat, para pekerja mendapatkan hak atas prestasi kerjanya, dan seterusnya. Semua pihak berhak mendapatkan haknya, dan fungsi negara menjamin pemenuhan hak tersebut, karena untuk itulah negara didirikan. Manusia mendapatkan hak asasi manusia langsung dari Tuhan, dan negara bertanggungjawab dalam menjamin pemenuhannya. Ketidakadilan adalah perampasan hak suatu pihak oleh pihak lain. (Bersambung) 

Related post