Pribadi yang Tangguh dan Percaya Diri
Menjadi pribadi yang tampil tangguh dan percaya diri: kuat, elastis dan tahan uji. Setiap orang ingin memiliki kualitas diri yang demikian.
Memiliki kepribadian yang tangguh dan percaya diri tidaklah mudah. Namun demikian, bukan berarti mustahil. Setiap orang yang mau belajar, berlatih dan disiplin mengembangkan diri pasti dapat menjadi pribadi yang tangguh.
Ketika dia sudah sampai pada level ini, dia akan berpetualang seperti singa di hutan lebat dan terbang tinggi dan jauh bagai rajawali di langit biru, tanpa takut dan gentar, dan tiada batas.
Freedom. Freedom at last. Dia merasakan kebebasan dan kemerdekaan yang dibutuhkan untuk berkarya dan mengaktualisasikan diri secara optimal.
Salah seorang pemimpin idola saya adalah Nelson Mandela. Dia benar-benar satu pribadi yang tangguh dan percaya diri: kuat, elastis dan tahan uji. Sebagai seorang pemimpin yang diakui secara global, tentu banyak pelajaran dan inspirasi yang kita bisa dapatkan dari sosok pemimpin yang bersahaja dan visioner ini.
Saya sangat senang membaca buku autobigrafinya “Long Walk To Freedom…” Dalam buku ini dia menceritakan perjalanan panjang menuju kebebasan, termasuk juga perjalanan hingga sampai pada kualitas diri yang tangguh dan percaya diri: kuat, elastis dan tahan uji.
Berat, sangat berat. Saudara pasti tidak ingin mengalami proses yang demikian keras dan menyakitkan. Saya juga tidak ingin menjalani proses yang demikian. Dia juga tidak menginginkan itu. Namun itu terjadi. Dan itulah yang membentuk dia menjadi pribadi yang demikian tangguh dan percaya diri.
Bayangkan 27 tahun di penjara. Terlebih sewaktu berada di balik jeruji yang super ketat di Robben Island. Dia bersama-sama narapidana lainnya terpaksa tidur di ruangan kecil, tanpa fasilitas yang memadai.
Di malam hari kedinginan dan di siang hari kepanasan. Setelah bersih-bersih di pagi hari, sarapan sekadar dan dengan rasio yang sangat terbatas, harus kerja keras memecah batu sejak pagi hingga sore hari di bawah terik matahari. Rutinitas yang membosankan itu terjadi dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, selama bertahan-tahun. Dia terpaksa melakukan pekerjaan yang dia tidak inginkan.
Dia merasa harkat dan martabatnya sebagai manusia direndahkan dan dilecehkan. Sekali pun dalam kondisi hidup yang paling susah, dia tidak pernah kehilangan kontrol diri. Emosi, mental, akal dan spiritualitasnya tetap dia jaga.
Dia tidak pernah menyerah pada situasi. Namun dia melalui hari-hari yang sulit itu dengan visi dan pengharapan bahwa suatu hari dia akan bebas dan akan membebaskan bangsanya dari pemerintahan bengis, yakni pemerintahan apartheid. Dia tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berakhir di balik jeruji besi di Robben Island.
Jika dia berkesempatan sekali dalam enam bulan bertemu dengan istrinya Winnie Mandela, itu sudah merupakan satu keberuntungan yang luar biasa. Winnie Mandela diberi kesempatan untuk bertemu Nelson Mandela selama 30 Menit. Itu bisa terjadi sekali dalam enam bulan.
Mereka harus menggunakan waktu yang 30 menit itu dengan sebaik-baiknya mengikuti protokol penjara. Tidak bisa bersalaman (bukan karena Covid). Mereka tidak bisa berpelukan (bukan karena Covid).
Mereka hanya bisa bicara dalam jarak yang ditentukan dan harus di bawah pengawasan petugas penjara. Mereka tidak boleh bicara tentang politik atau keadaan masyarakat Afrika. Mereka hanya bicara tentang kehidupan keluarga: anak-anak dan kerabat.
Jika satu dua kali Nelson Mandela bisa keluar dan menikmati udara segar dan melihat pohon-pohon yang tumbuh menjulang ke langit biru, itu sudah dia anggap sebagai kemewahan. Jika dia kebetulan bisa mendapatkan buku bacaaan, buku apa pun itu, itu sudah merupakan kemewahan.
Sedangkan hanya sekadar menulis surat kepada keluarga, kerabat dan teman-teman mereka sangat dibatasi. Petugas penjara harus memeriksa apa yang mereka tuliskan. Tidak jarang surat mereka dibuang atau dihancurkan oleh petugas.
Sungguh banyak kesulitan dan penderitaan yang harus dilalui oleh Nelson Mandela. Kita bandingkan dengan kebebasan dan semua fasilitas yang bisa kita nikmati sekarang, itu adalah perbedaan yang sangat kontras. Sangat jauh berbeda.
Sesungguhnya, kita memiliki segalanya untuk bertumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri. Tapi tiga hal yang dimiliki oleh Nelson Mandela, yang menjadikan dia unggul: yakni:
Mental pantang menyerah. Sekali pun kondisi lingkungan sangat sulit, dia tetap yakin akan dapat melaluinya.
Visi besar dan harapan akan kebebasan dirinya dan bangsanya dari pemerintahan yang oppressive. Dia tetap hidup visi itu dan itu bertumbuh dari waktu ke waktu.
Keberanian dan disiplin diri. Dia tidak pernah takut kepada siapa pun. Dia tetap menjaga harkat dan harga dirinya. Dia tidak pernah tunduk pada ancaman atau intimidasi. Dia disiplin melatih diri dan menjaga emosi, mental, integritas diri, sehingga dia tidak pernah tunduk kepada siapa pun, selain daripada yang dia yakini.
Saudaraku, apa pun pekerjaan atau aktivitas keseharian saudara, dimana pun saudara saat ini berada, bagaimana pun kondisi dan situasi yang saudara hadapi, saudara bisa menjadi pribadi yang tangguh dan percaya diri. Yakinlah!