Profesionalisme Mencerahkan Peradaban Bangsa (Bagian 3)
Panggilan Etis Spiritual
Penatalayanan secara profesional adalah upaya mulia gereja dalam mengerjakan keselamatannya. Merespons berbagai hal secara cepat,aktif dan proaktif berperan dalam penatalayanan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.
Oleh karena itu, Ephorus HKBP Pdt.Dr.Robinson Butarbutar menetapkan orientasi pelayanan pada 2023 sebagai, “Tahun Profesionalisme Dalam Penatalayanan” dengan tema, ” Kerjakanlah Keselamatan dengan Takut dan Gentar (Filipi 2 :12).
HKBP menyadari pentingnya menata pelayanan gereja agar pelayan dan warga jemaat dengan sungguh-sungguh menunaikan panggilannya secara profesional.
Melalui orientasi Tahun Profesionalisme, pelayan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanannya sesuai tugas tohonan. Demikian juga, para warga jemaat dapat mempersembahkan talenta yang dimiliki untuk kebangunan dan pembangunan jemaat dan masyarakat.
Secara harfiah penatalayanan pertama-tama menunjuk kepada sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk mengelola harta atau milik orang lain. Dalam Perjanjian Baru disebut dengan kata Oikonomia, yakni dari oikos (rumah) dan nemo (mengurus atau mengelola) bermakna berfungsi dari manajemen rumah. Berselaras dengan asal kata Ekonomi, oikos (rumah tangga) dan nomos (aturan atau managemen rumah tangga). Profesionalisme tergambar disini,bahwa seorang profesional tidak hanya memiliki kompetensi, efektivitas, efisiensi, transparansi tetapi juga penatalayanan yang bertanggung jawab. Profesionalisme yang mencerahkan,merupakan panggilan etis spritual gereja untuk kawan sekerja Allah dalam melaksanakan tritugas: bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia), dan melayani (diakonia). Sementara bagi warga HKBP, profesional berarti menjalankan panggilan dengan komitmen, integritas, sambil terus mengembangkan diri membentuk sumber daya manusia (SDM) unggul, tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian.
Prinsip inilah yang seharusnya menjadi etos kerja kita sebagai orang percaya. Bangsa ini perlu memikirkan generasi baru Indonesia. Perlu diberi pandangan melalui keteladanan dan kepeloporan oleh mereka yang saat ini dalam posisi memimpin, baik dalam struktur politik maupun kemasyarakatan. Kehidupan generasi baru Indonesia patut mendapatkan nilai kemuliaan oleh para pemimpin publiknya melalui praktik hidup yang konkret di tengah masyarakat. Itu sebagai sarana untuk mengajar kita profesional dan mengasah tanggung jawab kita dihadapan Tuhan.
Pada kitab Nehemia 3:1-12, memperlihatkan keteladanan dan kepeloporan dalam kerjasama yang solid. Dalam pasal itu dijelaskan secara rinci mengenai pembagian tugas sesuai kompetensi untuk membangun kembali Tembok Yerusalem. Etos kerja profesional itu merupakan perilaku mulia yang digerakkan bekerja penuh integritas dan tulus tampak dalam pekerjaannya.
Demikian juga dalam Kisah Rasul-rasul 28: 1-10 memperlihatkan kemampuan dan kepiawaian Rasul Paulus dalam membina relasi serta memiliki net-working dengan banyak pihak. Ia beriman teguh, tangguh, berdedikasi dan pandai melihat situasi. Artinya, selalu memperkuat relasi spiritual dengan Tuhan dan percaya sepenuhnya bahwa Tuhan selalu memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan menurut ukuranNya dan pada waktuNya. Rasul Paulus dan rombongan menerima sambutan hangat dan hospitalitas yang membanggakan di Pulau Malta. Di pulau itu mereka disambut oleh Gubernur Publius dengan jamuan istimewa dan bisa tinggal 3 hari disitu atas fasilitas Gubernur.
Adapun pesan rohani dari kedua kisah Alkitab diatas menunjukkan bahwa profesionalisme dalam penatalayanan selalu melahirkan harapan dan realitas baru menuju kebaikan peradaban warga-bangsa. Dibutuhkan transformasi dan profesionalisme sebagai langkah nyata untuk memenuhi panggilan etis-spritual guna mewujudkan kemaslahatan bersama. Rasul Paulus mengambil bagian dalam kepedulian Allah terhadap manusia untuk menunjukkan kasihnya, di dalam dan oleh ikatan Injil,ketika ayah Publius sakit demam dan disentri. Injil Yesus Kristus adalah tali pengikat yang paling berjaya dalam kasih pelayanan yang begitu berlimpah melalui doa dan tumpangan tangan ke atasnya dan menyembuhkan dia (Kisah Rasul 28: 7-8).
Selain itu,Rasul Paulus menasehati orang-orang yang bekerja mesti mengerjakannya dengan “segenap hati” seperti untuk Tuhan. Bagaimana pun Bapa akan melihat tanggungjawab kita sehingga kita akan menerima dari Nya bagian yang ditentukan bagi kita sebagai upah (Kolose 3: 23-24).
Karena itu, melakukan sesuatu yang terbaik dalam keseharian kita dengan menjadikan firmanNya sebagai prinsip dan pedoman profesionalisme dalam penatalayanan harus tetap terjaga.
(Selesai)