Relasi Sungai dan Air dalam Menuntun Peradaban Bangsa (Bagian 1)
Sungai telah sejak lama menjadi acuan utama dalam membangun kota, permukiman, serta peradaban. Dari sungai, manusia memanfaatkan airnya untuk mencukupi kebutuhan hidup seperti air bersih, irigasi, transportasi, serta menjadi sumber pembangkit listrik, perikanan dan pariwisata.
Sungai bawa kisahnya sendiri. Jika New York terkenal dengan Sungai Hudson, London punya Sungai Thames, Paris punya Sungai Seine, dan Beijing punya Liangma serta Bangkok dengan Sungai Chaopraya. Sungai- sungai tersebut tidak pernah sepi, selalu ramai pengunjung terutama saat pagi dan sore hingga malam menjelang.
Begitulah manusia,dari generasi ke generasi bagaimana sungai berelasi membangun peradabannya. Mengajak bergiat mengampanyekan lingkungan hidup yang bersih dari sampah dan menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap kesehatan lingkungan sekitarnya.
Dalam kehidupan modern saat ini, kesadaran untuk peduli terhadap masa depan Bumi telah tumbuh dan berkembang yaitu zero waste lifestyle atau gaya hidup nol sampah. Prinsip dasar yang dikenal sejak lama adalah 3 R yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), dan recycle (mendaur ulang). Upaya menerapkan gaya hidup nol sampah perlu dimaknai sebagai tanggung jawab bersama yang akan menjadi kebutuhan untuk menjawab kualitas lingkungan di masa depan.
Kelestarian sungai selaras dengan alam menjadi salah satu faktor penting dalam menuntun peradaban manusia yang memberikan warisan (legacy) yang tak ternilai bagi peradaban bangsa.
Alkisah,dalam Kitab Kejadian,ketika Adam dan Hawa ditempatkan di Taman Eden yang dialiri 4 Sungai yaitu Pison, Gihon,Tigris dan Eufrat. Di Taman Eden, manusia itu dapat memilih (choice) buah dari pohon kehidupan yang menggambarkan segala sesuatu yang baik, positif, sehat dan memberikan kehidupan. Akan tetapi buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat yang menggambarkan pilihan yang salah, negatif, tidak sehat dan menghancurkan itu, manusia dilarang Tuhan.
Pilihan pertama yang Tuhan berikan kepada manusia, Adam dan Hawa adalah kuasa memilih untuk hidup atau mati (Kejadian 2: 16-17). Semua yang Tuhan perintahkan diberikan dengan penuh kasih agar manusia itu tetap sehat dan bahagia. Namun manusia pertama itu telah gagal memilih yang baik.Tuhan tidak pernah memaksakan kehendakNya kepada kita umat manusia. Ia senantiasa memberikan undangan bagi kita untuk memilih. Bahkan, dalam jangka panjang, pilihan kita itu yang akan menentukan kita akan ke surga atau ke neraka.
Berselaras dengan itu, sejarah dan cerita masa lalu tentang keberhasilan dari umat manusia merawat sungainya menjadi indikator peradaban untuk mewujudkan kesejahteraan negerinya. Menurut Kitab Kejadian 11: 31 dikatakan, pada suatu masa Abraham berpindah dari Ur Kasdim ke Haran, sebelum akhirnya berpindah ke Tanah Kanaan (daerah Israel dan Palestina sekarang). Lokasi Ur Kasdim biasanya dirujuk pada reruntuhan kuno periode bangsa Sumeria yang mendiami wilayah bersejarah Mesopotamia di Asia Barat yang terletak diantara sungai besar, yaitu Sungai Eufrat dan Tigris (sekarang Irak).
Mesopotamia berasal dari bahasa Yunani, yaitu mesos artinya tanah subur dan patamus yang berarti sungai. Dengan demikian Mesopotamia berarti ” tanah subur dari sungai-sungai”. Kesuburan tanahnya itulah yang pada akhirnya menjadi faktor pendukung bagi tumbuhnya peradaban suatu bangsa.
Sebagian besar peradaban yang berkembang di Mesopotamia bergantung pada hasil pertanian. Mereka mengairi tanah pertaniannya dan membuat saluran air dari Sungai Eufrat dan Tigris. Alhasil, pertanian disana pun berkembang secara intensif dan membuat penduduknya sejahtera. Sarana irigasi dan sistem pengairan seperti parit dan kanal sudah dikenal pada peradaban ini. Oleh karena itu, Mesopotamia merupakan peradaban tertua di dunia yang terletak di antara dua sungai besar yaitu Sungai Eufrat dan Tigris disebut The Cradle of Civilization atau asal- usul peradaban.
Bangsa yang pertama yang mengembangkan peradaban Mesopotamia adalah bangsa Sumeria, yang mendiami wilayah tersebut sekitar 3500 SM. Sedangkan Haran terletak di bagian utara Mesopotamia di tepi Sungai Eufrat.
Dalam Kitab Ulangan 26: 3, Nabi Musa mengajak umat untuk berdoa kepada Tuhan saat persembahan panen pertama dengan mengawalinya, Bapaku adalah seorang Aram, seorang pengembara. Di tempat lain dikatakan bahwa Ishak, anak Abraham, diperintah Abraham untuk mencari isteri dari daerah Aram- Mesopotamia (Kej.24: 2-10). Demikian juga dengan Yakub, cucu Abraham dia disuruh ke Padan Aram untuk mendapatkan isteri disana (Kejadian 28:2).
Bahkan, memilih sesembahan atau beribadah kepada orang Israel,Yosua memberikan pilihan apakah beribadah di seberang Sungai Eufrat,kepada dewa-dewa orang Kanaan atau kepada Tuhan Allah Israel? (Yosua 24: 14-15).
Begitu pentingnya peranan sungai dalam kesehatan. Alkitab pun mencatat salah satu masa yang gemerlap dalam sejarah bangsa Israel, dimana Sungai Yordan yang menjadi lambang kesembuhan dari pengobatan penyakit kusta.
Kita ingat peristiwa dimana Naaman, panglima raja Aram yang menderita penyakit kusta mencari Elisa untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakitnya. Kemudian Elisa menganjurkan agar ia mandi di Sungai Yordan dengan menyelam 7 kali, supaya tubuhnya sembuh kembali (2 Raja-Raja 5:10).(Bersambung)