Tuhan Sumber Kekuatan*
*Pdt. Leonard Sigalingging
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” (2 Korintus 4:16)
Sobat Kairos, mengapa Paulus tidak tawar hati yang walaupun banyak mengalami penderitaan? Apakah rasul Tuhan dan orang percaya bisa tawar hati bila menghadapi berbagai penderitaan? Bisa jadi tawar hati, bila penderitaan itu lebih besar dari kerasulannya dan iman percayanya. Tetapi bila lebih besar kerasulan, iman percayanya, maka tidak akan pernah tawar hati. Yang menjadi pertanyaan, perenungan bagi kita apakah firman Tuhan yang dikhotbahkan hidup dan kuat dalam hidupnya, atau apakah firman Tuhan yang didengarkan hidup dan kuat dalam hidupnya?
Sekiranya, bila Yesus tawar hati oleh karena penderitaan demi penderitaan, apakah ada penebusan, pengampunan, penyelamatan bagi manusia yang berdosa? Apa yang dilakukan, diperbuat, diberikan Yesus, sebab semuanya itu terjadi oleh karena kita manusia yang berdosa ini agar menerima kasih karunia. Paulus sebagai rasul Kristus tidak tawar hati dalam menghadapi penderitaan, sebab semuanya itu terjadi karena dan untuk jemaat itu sendiri, supaya kasih karunia yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.
Bisa jadi penderitaan demi penderitaan yang kita hadapi, alami membuat manusia lahiriah kita lemah, lelah, merosot. Tetapi jangan sempat penderitaan itu membuat kita tawar hati, agar semakin bertambah kasih karunia dan melimpah ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Tentu akibat dari tawar hati dalam menghadapi kesesakan, membuat kecil kekuatan kita, sebagaimana dikatakan dalam Amsal 24:10: “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”
Bagi yang tidak tawar hati, bahwa penderitaan yang dihadapi sekarang dirasakan ringan untuk mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segalanya dan yang jauh lebih besar dari penderitaan yang kita hadapi sekarang ini. Hal ini juga tergantung dari apa yang kita perhatikan selama di dunia. Bila kita hanya memperhatikan apa yang kelihatan, sementara, bisa jadi tawar hati. Apabila kita memperhatikan apa yang tidak kelihatan, yang kekal, maka tidak akan tawar hati, bahkan manusia batiniahnya dibaharui dari sehari ke sehari.