Wujud Cinta Budaya, ReNa HKBP Warakas Adakan Seminar Dan Simulasi Pernikahan Adat Batak

 Wujud Cinta Budaya, ReNa HKBP Warakas Adakan Seminar Dan Simulasi Pernikahan Adat Batak

ReNa HKBP Warakas Adakan Seminar Dan Simulasi Pernikahan Adat Batak

Remaja dan Naposobulung HKBP Warakas, meski tinggal di daerah Ibu Kota Jakarta, mereka tetap menunjukkan kecintaannya kepada budaya Batak.

Hal itu mereka tunjukkan melalui kegiatan pra parheheon yang digelar pada Sabtu (15/7/2023) di gedung Gereja HKBP Warakas, Jakarta Utara mulai pukul 08.30 WIB.

Kedua Narasumber

Kegiatan yang mengusung tema “Cerdas Berbudaya Memuliakan Allah” berdasarkan Mazmur 34:4 diawali dengan ibadah singkat yang dipimpin Pendeta HKBP Resort Warakas Pdt. Sahat Parulian Nababan. Pada ibadah itu, Pdt. Sahat Parulian Nababan mengapresiasi kecintaan muda-mudi gerejanya terhadap budaya Batak serta mengajak muda-mudi gereja untuk menegaskan identitasnya dengan menyebut “HKBP do AHU, AHU do HKBP”.

Kegiatan pra-parheheon ini diisi dengan pemaparan materi oleh 2 orang narasumber. Narasumber pertama yakni Pdt. Ridoi Batubara (Kepala Bidang Koinonia HKBP Distrik VIII DKI Jakarta) dan narasumber kedua adalah Saut Poltak Tambunan, seorang penulis dan sastrawan pelestari bahasa daerah.

Suasana Seminar

Pdt. Ridoi Batubara dalam materinya menjelaskan sejarah singkat penginjilan di tanah Batak yang melahirkan gereja HKBP, visi misi HKBP, tokoh-tokoh gereja HKBP serta dokumen teologi HKBP. Ia juga pada kesempatan itu mengajak remaja dan pemuda gereja HKBP Warakas menyadari bahwa mereka adalah masa sekarang sekaligus masa depan gereja. Untuk itu, Pdt. Ridoi menyemangati mereka agar semakin dewasa di dalam iman dan mampu menunjukkan kualitas terbaiknya.

Simulasi Pernikahan Adat Batak

Sementara itu, Saut Poltak Tambunan memaparkan materi dengan topik “Habatakon Untuk Naposo Milenial”. Dalam materinya, Saut mencoba memaparkan budaya Batak mulai dari pemilihan nama yang identik dengan doa dan pengharapan, marga sebagai warisan yang harus dihargai serta pemahaman terkait dalihan na tolu atau tungku nan tiga.

Pengantin

Penyampaian materi terkait budaya Batak itu juga disertai dengan kritikan untuk membangun kesadaran mengenai identitas sebagai orang Batak. Ia pun menantang para remaja dan pemuda dengan kalimat “seberapa Batak-kah kamu”. Hal itu disebabkan semakin banyak orang yang enggan atau malu menunjukkan identitas primordialnya.

Orangtua Pengantin

Menariknya, selain pemaparan dari kedua narasumber, kegiatan pra parheheon juga diisi dengan simulasi pernikahan adat Batak yang diperankan langsung oleh muda-mudi gereja. Simulasi pelaksanaan pernikahan dengan menggunakan adat yang biasa terlihat di pesta-pesta Batak diperankan dengan baik oleh naposo yang dibantu parhalado. Simulasi dan pelaksanaan terkait prosesi adat tersebut disampaikan oleh Erichson Sinaga.

Simulasi Pernikahan Batak

Di akhir acara, ketua panitia pelaksana Juan Tobing menyampaikan terima kasih kepada seluruh remaja dan naposobulung serta orang tua yang memberi dukungan pada pelaksanaan kegiatan yang digelar. Ia juga berharap melalui kegiatan itu, mereka sebagai generasi muda gereja semakin mencintai budaya Batak.

Seluruh rangkaian kegiatan berlangsung dengan penuh sukacita yang diakhiri dengan doa penutup oleh pendeta resort. Acara puncak parheheon akan dilaksanakan pada Minggu 23 Juli 2023 yang akan datang.

Mangulosi
Foto Bersama

Related post